Kematian yang Buruk Dalam Agama Hindu

Ida Sang Hyang Widhi Wasa
         Kematian yang Buruk Dalam Agama Hindu, Kehidupan kita sebagai manusia saat ini terlihat seolah-olah hanya sekali saja. Itupun jangka waktunya sangat pendek, paling lama hanya sekitar 100 (seratus) tahun saja. Dibandingkan dengan umur alam semesta, umur kita manusia sangat singkat, sesingkat kilatan petir di langit. Keberadaan kita di dunia ini seperti hanya sekilas numpang lewat saja. Lebih dalam dari itu, semua kehidupan pasti akan berakhir pada kematian. Para sadhaka yang mata ketiga-nya sudah terbuka mengetahui, bahwa banyak sekali manusia di jaman ini yang setelah meninggal harus jatuh ke alam-alam bawah (menjadi bhuta cuil, wong samar, memedi, gregek tunggek, dsb-nya), atau terlahir kembali sebagai binatang. Dan setelah terlahir di sana, tidak saja akan mengalami kesengsaraan yang sangat berat, tapi juga sangat sulit untuk bisa naik menjadi manusia kembali. Kejatuhan spiritual seperti ini terjadi karena manusia berada dalam avidya (ketidaktahuan, kebodohan). Tidak menyadari apa makna dan tujuan sesungguhnya dari kehidupan ini. Karena ketidaktahuan ini sehingga semasa kehidupan manusia tidak mempersiapkan bekal kematian.

PERJALANAN ATMA YANG BURUK DI ALAM KEMATIAN

Menyangkut kematian, secara umum setidaknya ada tiga cara-cara perjalanan Atma yang buruk saat meninggalkan badan fisik, yaitu :

1. Bunuh Diri (Ulah Pati)



Bunuh Diri

     Bunuh diri merupakan cara kematian yang sangat buruk dan paling buruk. Karena tanpa melewati proses apapun Atma akan langsung meluncur memasuki alam-alam bawah yang penuh kesengsaraan berat dan ekstrim. Ini merupakan kerugian yang teramat sangat besar. Analoginya ibarat seperti dari tidur di hotel sangat mewah (hidup sebagai manusia) langsung berubah menjadi tidur di tumpukan sampah busuk (menjadi mahluk alam bawah). Selain itu bunuh diri akan meninggalkan getaran energi buruk dalam jangka waktu lama di tempat tersebut. Serta dapat menular ke orang-orang lain yang masih hidup. Sehingga seberat apapun kehidupan ini terasa, jangan pernah sedikitpun terpikir untuk melakukan bunuh diri. Karena setelah mati kita justru akan mengalami kesengsaraan yang jauh lebih berat, keras dan gelap dibandingkan dengan kesengsaraan apapun selama masa kehidupan manusia.
     Pikiran yang tidak kuat (mudah kena pengaruh tidak baik dari orang lain), mudah terguncang (emosional, seperti mudah marah, sedih, atau takut) dan tidak stabil (gampang stres, depresi), merupakan hasil dari rangkaian karma-karma buruk yang panjang antar kehidupan. Orang yang di kehidupan-kehidupan sebelumnya sering mengkonsumsi minuman atau makanan yang melemahkan kesadaran (seperti minuman keras, narkoba, dsb-nya), maka di kehidupan berikutnya cenderung memiliki pikiran yang tidak kuat, mudah terguncang dan tidak stabil. Itu merupakan salah satu sebab mengapa ajaran dharma menyarankan kita untuk tidak mengkonsumsi minuman keras, narkoba, dsb-nya. Karena tidak saja akan menciptakan hambatan-hambatan bagi energi spiritual kita, tapi sekaligus juga akan memberikan masalah besar di kehidupan kita berikutnya.

2. Kematian Sebelum Waktunya (Salah Pati)



Aborsi

     Perjalanan kematian yang cukup berbahaya dan memiliki resiko adalah kematian sebelum waktunya, seperti misalnya kematian karena kecelakaan, pembunuhan, meninggal di meja operasi, dsb-nya. Sebagian besar karena di detik-detik menjelang kematian kita dicengkeram rasa takut, rasa marah, rasa tidak rela, atau karena kita sama sekali tidak siap. Umumnya kematian dengan cara seperti ini akan membuat Atma bergentayangan sebagai hantu selama beberapa waktu. Kalau ini tidak segera dapat kita atasi dan kemudian kita tidak dapat mencari jalan yang terang, maka sangat mungkin Atma akan meluncur menuju alam-alam bawah (menjadi bhuta cuil, wong samar, memedi, gregek tunggek, dsb-nya). 

    Akan tetapi, jika selama masa kehidupan ini kita jarang melakukan kejahatan, jarang tercengkeram emosi-emosi gelap (iri hati, marah, benci, dendam, tidak puas), memiliki akumulasi karma baik yang berlimpah, serta tekun melaksanakan meditasi (dhyana yoga) atau penjapaan mantra Ista Dewata (mantra yoga), maka sekalipun kita mengalami kematian dengan cara yang mengerikan, sangat mungkin kita masih akan dapat terselamatkan.
     Orang yang mengalami kematian sebelum waktunya, merupakan hasil dari rangkaian panjang karma-karma buruk dari kehidupan-kehidupan sebelumnya. Mereka yang pada kehidupan-kehidupan sebelumnya sering melakukan kekerasan fisik atau penyiksaan, atau pernah melakukan pembunuhan, maka di kehidupan saat ini cenderung memiliki umur pendek atau mengalami kematian sebelum waktunya.

3. Menghadapi Kematian Secara Kacau



Kematian

     Bagaimana perjalanan kita di alam kematian sangat ditentukan oleh energi kebiasaan. Kecenderungan pikiran dan kebiasaan apa yang telah kita biarkan tumbuh dan berkembang di dalam masa kehidupan, itulah yang sangat menentukan apa yang akan kita alami di alam kematian. Tidak seperti pada masa kehidupan manusia, di alam kematian ada kesulitan yang amat sangat di dalam menyatukan pikiran. Karena saat kematian kita sepenuhnya meninggalkan badan fisik (sthula sarira), dimana dengan tidak adanya lagi badan fisik sebagai pengatur dan penghalang pikiran, maka badan pikiran (sukshma sarira) akan bergerak sesuai dengan energi kebiasaan kita sendiri.

     Jika semasa kehidupan kita tekun melaksanakan kebaikan-kebaikan, tidak egois, sering mengalah, lembut, halus, jarang melakukan kejahatan, jarang menyakiti, serta jarang tercengkeram emosi-emosi gelap, maka sebagai hasilnya di dalam diri kita yang terdalam terdapat kekuatan ketenangan, kejernihan dan ingatan-ingatan yang luhur. Inilah kekuatan yang akan muncul sebagai energi kebiasaan di alam kematian, yang sangat kita perlukan untuk perjalanan yang baik di alam kematian.
     Sebaliknya jika semasa kehidupan kita terbiasa mementingkan diri sendiri, egois, keras, kasar, galak, sering melakukan kejahatan, sering menyakiti, serta sering tercengkeram emosi-emosi gelap, maka ini jugalah yang akan muncul sebagai energi kebiasaan di alam kematian. Energi kebiasaan yang terbentuk semasa kehidupan ini akan membuat kita menghadapi kematian dengan rasa takut yang sangat, dengan pikiran yang kacau dan ingatan-ingatan yang buruk. Kita akan menjadi korbannya yang tidak berdaya.


Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "Kematian yang Buruk Dalam Agama Hindu"